Social Profiles

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInEmail

Info

Lorem ipsum no has veniam elaboraret constituam, ne nibh posidonium vel.
Powered by Blogger.

Blogger templates

RSS

Pages

Drama 10 Menit 9 Dulhijah 1435 H

Cerita di balik sahur puasa 9 Dulhijah 1435 H. Dari malam tanggal 8 Dulhijah aku emang berniat untuk puasa, ya karena memang sejak aku kecil, aku udah diajarin orangtuaku untuk berpuasa pas tanggal 9 Dulhijah, sebenarnya bukan puasa wajib, tapi karena udah tertanam lama di hatiku (ceileee, emang cinta? iyalah cinta, cinta sama Allah).
Nah, dari malem sebelum tidur, aku set alarm pukul 03:30. Aku kan gak tahu di Yogyakarta subuh jam berapa (kelihatan banget salat subuh nggak pernah tepat waktu). Pukul 03:30 alarm itu berbunyi sangat nyaring, huft, pikirku dalam hati. aku terbangun dan mematikan alarm itu, ya aku matikan, jangan kaget ya, itu emang kebiasaanku, mengeset alarm sendiri dan mematikannya pula sendiri, Emang terlihat biasa aja sih, tapi ada yang menakjubkan dari kebiasaanku itu, hahaha, aku akan mengeset ulang beberapa menit lagi, lalu aku set dengan kombinasi digit yang baru, duh aku keren banget, aku pun kembali tidur. Zzzt. Alarm pun kembali berbunyi, sesuai dengan kombinasi digit yang baru. Lagi-lagi aku melakukan hal menakjubkan tersebut, kembali mengeset ulang alarmnya, kali ini hanya 5 menit setelahnya. Sungguh luar biasa. Pengalamanku di dunia set-mengeset alarm memang sudah cukup lama, terhitung sejak aku punya ponsel sendiri. Zzzt. Tidur selama 5 menit dalam keadaan seperti itu memang sungguh menyenangkan dan juga merisaukan. menyenangkan karena masih bisa tidur 5 menit, merisaukan karena waktu yang ditentukan untuk bangun akan segera datang. Tibalah waktunya alarm berbunyi untuk kali kedua. Pukul 04:50. Untuk suara nyaring yang ini, aku pun bangun dengan panik. menyadari bahwa ibuk tidak memasak di dapur (anak yang licik saudara-saudara, jangan ditiru dan dipraktikkan di rumah ya), dengan enggan aku beranjak dari tempat tidurku yang nyaman. aku keluar dan mendapati ibuk masih terlelap (dalam adegan sinetron, si anak pasti tidak akan membangunkan ibuknya, tapi ini bukan sinetron, jadi aku bangunkan saja ibukku. 
Buk, saor ora [buk, sahur nggak]. begitu pertanyaanku dengan polos. Ibuk kaget dan bergegas untuk bangun. 
Doski kemudian bertanya, Jam piro iki [jam berapa ini]. jam 4 kurang sepuluh. 
Aku dan ibuk panik, karena mendengar suara orang mengaji, kalau di tempatku suara orang mengaji pada jam segitu pertanda bahwa subuh akan segera datang. Bapak menanggapi dengan santai, subuh jam 4:10. Namun doski tidak beranjak dari tempat tidurnya, mungkin sudah pasrah dengan keadaan yang terjadi. Aku dan ibuk memutuskan untuk minum air putih saja. Glek glek glek. Namun dengan cekatan, aku putuskan membuka smartphone dan mengecak jadwal subuh, ternyata 04:08 twips, yihaaa. Ibuk tidak patah semangat, doski menggoreng telur dengan cepat. Aku pun mengikutinya, menggoreng telur. makan dengan cepat, berkejaran dengan waktu yang semakin mendekati subuh. hosh hosh hosh.
Akhirnya drama makan sahur itu berakhir dengan bahagia, aku dan ibuk lolos sebagai finalis makan sahur, dan siap untuk memulai puasa 9 Dulhijah. alhamdulillah kita tidak didiskualifikasi karena 2 menit setelah kami selesai makan, azan subuh pun berkumandang dengan nyaring. Selamat, selamat, akhir yang bahagia.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment