Social Profiles

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInEmail

Info

Lorem ipsum no has veniam elaboraret constituam, ne nibh posidonium vel.
Powered by Blogger.

Blogger templates

RSS

Pages

Kalibiru yang Nggak Biru

Kali ini aku akan mencoba menceritakan perjalanan wisata ke Hutan Wisata Kalibiru. Kalian pasti tahu, Kalibiru lagi nge-hits banget nih di sini. Biar nggak ketinggalan hegemoni ke-nge-hits-annya aku bersama teman-teman geng bmx akhirnya memutuskan untuk ke sana. 

Kejadian itu berlangsung sekitar beberapa minggu yang lalu, Mia, Nining, Rifka, Rista, Ima, Ami, dan Rini menyambangi Hutan Wisata Kalibiru. Perjalanan dari kampung kami tercinta tidak cukup jauh, mungkin sekitar 45 menit perjalanan. Cukup dekat, kan?

Di antara kami tidak seorang pun yang tahu ke mana rute menuju Kalibiru. Namun, berbekal tekad yang kuat dan hati yang suci serta jiwa yang bijaksana kami pun tetap semangat mengarungi hari itu. 

Kami memilih rute yang paling dekat, yaitu lewat depan Pasar Sentolo, dan nanti akan langsung menuju perempatan (nggak tahu perempatan apa). Kepanikan mulai terjadi di perempatan ini. Kami bingung memilih arah yang mana untuk menuju Kalibiru karena belum ada penunjuk jalan yang mengarah ke Kalibiru. Berbekal pengetahuan yang minim tentang Kalibiru (katanya Kalibiru itu deket dengan Waduk Sermo) maka kami pun memilih arah lurus yang mengarah ke Sermo :D

Jalan kami lalui dengan gembira sampai tiba-tiba kami agak panik dengan kondisi jalan yang lambat laun menjadi jelek, malah mirip seperti bukan jalan. Di pinggir-pinggir jalan tersebut tampak pekerja sedang membereskan batu-batu. Kami pun berhenti sejenak lalu tertegun. Mungkin bapak pekerja itu sadar akan kesedihan kami, beliau dengan sigap dan tangkas memberi tahu kami bahwa jalan masih bisa dilalui dan memang benar jalan itu benar bisa sampai lokasi ke Kalibiru.

Melewati jalan yang sebenarnya nggak bisa disebut jalan itu, akhirnya kami sampai juga di jalan beraspal yang selayaknya ada. Kami pun tertegun lagi, bingung memilih belokan, ke kiri atau kanan. Setelah melalui perundingan yang cukup pelik dan memakan waktu sekitar 5 menit, akhirnya kami memilih belok ke kanan. Perjuangan kami nggak sia-sia dengan memilih belok kanan, akhirnya kami melihat plang ke arah Kalibiru, senengnya bukan main. Kami ikuti terus plang yang ada, jalan semakin menanjak, menukik, dan lumayan sempit. Kebahagiaan di hati kami membuncah setelah menemukan deretan motor yang di parkir agak rapi, serta papan yang menunjukkan Hutan Wisata Kalibiru. Bergegas turun dari motor, berfoto ria di depan papan Wisata Kalibiru. 

Nah, untuk mencapai puncak Kalibiru kami harus berjalan kaki sekitar 30 meter lagi, di pertengahan jalan sudah dijumpai beberapa pondok penginapan, warung makan, dan kamar mandi. Semakin dekat dengan puncak, kami dihentikan oleh petugas di sana, retribusi cukup Rp4.000,00.

Waduk Sermo dari puncak Kalibiru
Yes, sampai puncak Kalibiru kami disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Barisan pegunungan yang hijau dan rindang. Di bawah bisa dilihat Waduk Sermo, yang dari atas tampak kecil. Di sana juga ada wahana permainan flying fox, dan ah aku nggak tahu namanya. Ada satu rumah pohon, bukan rumah pohon sebenarnya, cuma semacam papan gitu, papan itu untuk landasan flying fox.

Sampai di puncak, dengan polosnya Ami bertanya "Endi e kaline ki?" ["Mana sih kalinya"]
Dan, kayaknya ada juga yang menimpali, tapi aku lupa siapa, "Iyo, endi sih kali biru ne?" [Iya, mana sih kali birunya?"] 
Dengan sok tahu (karena sebelumnya sudah baca sekilas tentang Kalibiru, hahaha)  aku pun bilang bahwa, Kalibiru bukanlah kali yang berwarna biru, melainkan nama dusun di sini. 
Serentak kami pun tertawa terbahak-bahak. Di sela perbincangan yang nggak penting, tak lupa kami mengabadikan momen langka ini.

Menurutku, yang membuat Hutan Wisata Kalibiru indah adalah adanya Waduk Sermo di bawahnya. Dan, aku nggak tahu apa jadinya puncak Kalibiru tanpa Waduk Sermo di bawahnya.

#exploreKulonProgo #hutanwisata

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment