Kenapa begitu? Ya, karena pada percobaan pertama
aku gagal.
Saat itu aku mencoba peruntunganku di bank
darah—aku lupa namanya—RS Sardjito, oke, donor darah. Peristiwa itu terjadi
sekitar bulan Juni, atau malah Juni—lupa tepatnya. Siang itu sekitar pukul
12.00 aku menyambangi lokasi tersebut dan berniat menyumbangkan darahku. Oke
selesai, niat sudah ada.
Aku mendaftar di resepsionis, petugas administrasi
deh. Aku isi formulir, aku jawab semua pertanyaan yang mereka butuhkan. Tak
lama setelah itu, namaku disebutnya—duh malunya aku, semua orang pasti mendengarnya,
oke nggak penting. Aku pun masuk ke ruang tes, pengambilan sampel. Di sana aku
diambil darah se-encrit untuk
mengetahui layakkah aku menyumbangkan darahku yang berharga ini. Proses cukup
cepat, nggak ada 5 menit.
Sebelumnya aku masih bergembira dan tidak punya
persiapan untuk mendapatkan kabar buruk—petir menggelagar. Oke, mbaknya tanpa
basa-basi dan tanpa menari, langsung memberitahuku bahwa aku tidak layak donor,
hiks. Kenapa tidak boleh donor? Karena hemoglobinku saat itu hanya sekitar
11,9. OMG. Nggak sepadan sama berat badanku. Aku kurang gizi. Pikiran itu
menghantuiku. Oke fix, pulang dengan
kekecewaan dan tangan hampa. Bye
maksimal.
Oke, setelah beberapa bulan berlalu akhirnya aku
bisa melupakan peristiwa itu. Sungguh tragis, ironis, dan melankolis.
Tiba saatnya.
Hari itu tanggal 13 Februari 2015, aku kembali
mencoba peruntunganku di bank darah RS Sardjito. Berdoa semoga Allah memberiku
kesempatan keren itu. Sama seperti sebelumnya, isi formulir dan tes sampel
darah. Dicek berapa hemoglobinku saat itu. Wooow, akhirnya kesempatan itu
datang juga, setelah sekian lama aku tunggu, diketahui hemoglobinku mencapai
angka 12,8. Oke fix, aku nggak malu
lagi karena sekarang aku nggak kurang gizi, Yeeeay.
Masuk ruang pengambilan darah. Namaku dipanggil,
disertai perasaan deg-degan. Disuruh tiduran, tangan dicoblos dengan jarum dan
seketika darah segar mengaliri selang. Detik demi detik berlalu, sampai hampir
15 menit. Akhirnya kantong darah itu terisi penuh. Alhamdulillah. Keluar dan
membawa bingkisan pendonor (susu kotak, air mineral, biskuitnya bang Haji).
Pulang beli satai :D.
Oiya, tanggal 13 Februari 2015 jadi hari bersejarah
buatku, nggak akan lupa—tapi kalau pas lupa ya nggak apa-apa ya, namanya juga
manusia, gudangnya khilaf dan lupa. Kali pertama donor, saat usiaku 25++.
Alhamdulillah.
0 comments:
Post a Comment