Social Profiles

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInEmail

Info

Lorem ipsum no has veniam elaboraret constituam, ne nibh posidonium vel.
Powered by Blogger.

Blogger templates

RSS

Pages

(Hampir) Ketinggalan Kereta Part 1



Namanya juga hobi, pasti nggak mungkin dilakukan sekali. Tapi, bukan hobi juga ding, Cuma dua kali juga kok, sampai saat ini. Peristiwa yang pertama terjadi sekitar satu tahun yang lalu. Nah pas itu aku mau ke Jakarta, ada tes pada hari Minggu. Dari Jogja, aku tidak sendirian, aku bersama Mbak Rani, Mbak Intan, dan Mbak Nia. Karena setahun yang lalu aku masih menjadi wanita karier yang aktif dan gesit (sekarang masih aktif dan gesit, sih, bedanya sekarang sudah bukan wanita karier lagi, :p) aku nggak bisa izin sembarangan untuk membeli tiket. Tiket kereta api dalam kesempatan ini. Makanya saat pembelian tiket, aku nitip Mbak Intan. Beberapa hari kemudian, dapat kabar bahwa tiket atas namaku sudah dibawa oleh Mbak Intan.
 
Tibalah sampai hari keberangkatanku ke Jakarta. Dari rumah naik motor diantar oleh Bapak. Nah, sampai beberapa menit sebelum keberangkatanku aku belum menyentuh tiket kereta api tersebut. Kata Mbak Rani, aku harus ke stasiun Lempuyangan, karena kata beliau keretanya berangkat dari Lempuyangan. Aku pun masih santai menuju Lempuyangan, Di sana aku menjumpai mereka bertiga yang masih menunggu kereta. Tik tok tik tok, aku pun duduk di kursi panjang statsiun. Celingak-celinguk melihat keadaan sekitar, dan dalam hati aku bertanya-tanya, Di manakah gerangan keretaku? Kok nggak ada kereta Gajah Wong, ya?

Masih duduk dan ngobrol santai.

Tak lama kemudian, dijumpai kenyataan bahwa ternyata kereta Gajah Wong yang kami tumpangi sudah berada di stasiun Tugu (setelah bertanya dengan petugas kereta api). OMG, seperti disambar geledek, kami panik tiada terkira. Bapak petugas segera menyarankan bahwa kami harus menuju stasiun Tugu secepat-cepatnya, kami disuruh memakai ojek untuk menuju ke sana. Alhamdulillah, aku tidak harus susah mencari ojek, karena ternyata Bapak masih berada di Lempuyangan, aku pun sebentar dimarahi oleh Bapak karena keteledoranku. Aku secepat kilat melajukan sepeda motorku menuju stasiun Tugu, sambil di dalam hati tak berhenti berdoa agar keretanya belum jalan.

Aku nggak tahu berapa kecepatanku pada saat itu, yang penting aku harus cepat sampai stasiun Tugu. Perjuanganku nggak sia-sia, aku bisa mengejar kereta Gajah Wong yang akan segera berangkat. Mbak Rani menyongsongku di pintu kereta dengan penuh dramatis (Mbak Rani dan lainnya sudah sampai duluan di stasiun Tugu karena mereka menggunakan jasa ojek yang sudah terlatih untuk mengejar kereta). Para petugas di stasiun Tugu pun dengan sigap membantuku, mereka berkoordinasi menggunakan HT. Aku tidak harus melewati lorong tangga yang biasa digunakan penumpang, ya karena kereta hampir terlambat sehingga aku lewat jalur khusus. Sungguh luar biasa sekali. Saat itu aku tak tahu bagaimana wajahku, wajah panik dan kelelahan berlari-lari menuju gerbong kereta.

Kepanikan dan kelelahan itu mendadak sirna setelah aku berhasil masuk gerbong kereta. Duduk di kursi dan kemudian tertawa terbahak-bahak dengan Mbak Rani dan yang lainnya. Tak lupa aku kemudian menelepon Bapak bahwa aku telah selamat masuk ke gerbong kereta. Yeaaayyy.

Pesan moral: Tidak boleh selalu percaya dengan orang lain, walaupun orang lain itu sebenarnya tidak punya niat jahat.

Pesan singkat: Kalau bisa, mending beli sendiri tiket keretanya dan dipastikan jam keberangkatan dan tempatnya :D. Kalau bisa amati tiket terlebih dahulu.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment