Pas
itu setelah menghadiri resepsi kakak sepupu di Jakarta, aku pulang bersama
adikku naik Taksaka Malam, berangkat dari Gambir pukul 20.00 (kalau nggak
salah). Awal perjalanan terasa menyenangkan sampai saat kami tidur, tapi
sekitar pukul 03.00 (saat kami sedang pulas-pulasnya tidur, kami terbangun).
Aku mendapati kereta berhenti dan gelap menyelimuti luar kereta, tapi dalam
kereta tetep dingin dan terang. Aku mendengar slentingan bahwa terjadi banjir
di daerah Tegal, dan rel terendam. Saat itu memang sedang musim hujan. Kami pun
hanya pasrah, dan melanjutkan tidur. Sampai pukul 05.00 pagi kereta tetap tidak
bergerak. Dan, itu udah masuk Senin pagi. Setelah itu, keretanya jalan lagi,
ada yang bilang kereta kembali kembali ke Cirebon, dan melewati jalur yang
lain. Keretanya emang kembali ke Cirebon untuk beberapa saat. Namun berita
simpang siur, jadi aku nggak tahu kepastiannya. Senin pagi masih berada di
Cirebon. Karena perjalanan kereta apinya tidak sesuai jadwal, di kereta kami
diberi gratis Pop Mie untuk sarapan pagi, lumayanlah (PT KAI memang oke).
Setelah pembagian Pop Mie, kereta kembali berjalan menuju Yogyakarta, tetapi
melalui jalur selatan karena banjir udah surut. Alhasil pada saat itu kami naik
kereta sekitar 16 jam. Rekor terlama naik kereta :D.
Nah
....
Dalam
dunia perkeretaapian, kereta jenis ini masuk kelas eksekutif. Jadi bisa
dibayangkan dong, fasilitas yang ada di dalamnya. Kursi dua, dengan jarak
antarkursi sekitar 1 meter, cukup luas. Di kursinya juga terdapat sandaran
untuk kaki. Bantal dan selimut gratis untuk setiap penumpang. Ada restorasi
juga, tapi sudah beberapa kali aku naik kereta, aku belum pernah membeli
makanan di kereta dan tentu aja menyambangi restorasinya. Pelit.
0 comments:
Post a Comment