Sukses Belanja di Tokopedia.com
Usir Semut dengan Bedak Bayi
Kali ini berbagi cerita soal semut. Masalah pelik yang sejak zaman dahulu kala belum terselesaikan. Tapi, jangan khawatir, beberapa hari terakhir masalah sudah dapat teratasi.
Semut yang membandel dan selalu berjalan beriringan di lantai, membuat frekuensi menyapu menjadi semakin sering. Hal yang paling dikeluhkan mungkin oleh orang yang sering menyapu di abad ini. Beberapa hari lalu, tak sengaja menonton tayangan dr Oz Indonesia yang ditayangkan oleh salah satu stasiun TV swasta. Di sana membahas banyak hal, tapi aku hanya akan fokus pada satu hal saja.
Cara mengusir semut. Memang segala cara udah aku coba sebelumnya, seperti menggaris lantai
dengan kapur ajaib sampai menyiramkan minyak tanah, semuanya nggak
berhasil. Akhirnya aku melihat TV dan menurut dr Reisa, untuk mengusir semut yang membandel bisa digunakan dengan bedak bayi. Aku pun mencobanya, tidak dinyana dan disangka ternyata berhasil. Semut tidak suka dengan aroma dari bedak bayi tersebut. Semut memang nggak mati tapi pergi dari TKP yang ditaburi bedak bayi.
Di sini aku pakai bedak bayi yang udah kedaluwarsa, sayang kan kalau pakai bedak bayi yang masih baik. Tapi, terserah juga ding, yang penting kan manfaatnya. Selamat mencoba :D.
Kalibiru yang Nggak Biru
Kali ini aku akan mencoba menceritakan perjalanan wisata ke Hutan Wisata Kalibiru. Kalian pasti tahu, Kalibiru lagi nge-hits banget nih di sini. Biar nggak ketinggalan hegemoni ke-nge-hits-annya aku bersama teman-teman geng bmx akhirnya memutuskan untuk ke sana.
Kejadian itu berlangsung sekitar beberapa minggu yang lalu, Mia, Nining, Rifka, Rista, Ima, Ami, dan Rini menyambangi Hutan Wisata Kalibiru. Perjalanan dari kampung kami tercinta tidak cukup jauh, mungkin sekitar 45 menit perjalanan. Cukup dekat, kan?
Di antara kami tidak seorang pun yang tahu ke mana rute menuju Kalibiru. Namun, berbekal tekad yang kuat dan hati yang suci serta jiwa yang bijaksana kami pun tetap semangat mengarungi hari itu.
Kami memilih rute yang paling dekat, yaitu lewat depan Pasar Sentolo, dan nanti akan langsung menuju perempatan (nggak tahu perempatan apa). Kepanikan mulai terjadi di perempatan ini. Kami bingung memilih arah yang mana untuk menuju Kalibiru karena belum ada penunjuk jalan yang mengarah ke Kalibiru. Berbekal pengetahuan yang minim tentang Kalibiru (katanya Kalibiru itu deket dengan Waduk Sermo) maka kami pun memilih arah lurus yang mengarah ke Sermo :D
Jalan kami lalui dengan gembira sampai tiba-tiba kami agak panik dengan kondisi jalan yang lambat laun menjadi jelek, malah mirip seperti bukan jalan. Di pinggir-pinggir jalan tersebut tampak pekerja sedang membereskan batu-batu. Kami pun berhenti sejenak lalu tertegun. Mungkin bapak pekerja itu sadar akan kesedihan kami, beliau dengan sigap dan tangkas memberi tahu kami bahwa jalan masih bisa dilalui dan memang benar jalan itu benar bisa sampai lokasi ke Kalibiru.
Melewati jalan yang sebenarnya nggak bisa disebut jalan itu, akhirnya kami sampai juga di jalan beraspal yang selayaknya ada. Kami pun tertegun lagi, bingung memilih belokan, ke kiri atau kanan. Setelah melalui perundingan yang cukup pelik dan memakan waktu sekitar 5 menit, akhirnya kami memilih belok ke kanan. Perjuangan kami nggak sia-sia dengan memilih belok kanan, akhirnya kami melihat plang ke arah Kalibiru, senengnya bukan main. Kami ikuti terus plang yang ada, jalan semakin menanjak, menukik, dan lumayan sempit. Kebahagiaan di hati kami membuncah setelah menemukan deretan motor yang di parkir agak rapi, serta papan yang menunjukkan Hutan Wisata Kalibiru. Bergegas turun dari motor, berfoto ria di depan papan Wisata Kalibiru.
Nah, untuk mencapai puncak Kalibiru kami harus berjalan kaki sekitar 30 meter lagi, di pertengahan jalan sudah dijumpai beberapa pondok penginapan, warung makan, dan kamar mandi. Semakin dekat dengan puncak, kami dihentikan oleh petugas di sana, retribusi cukup Rp4.000,00.
Waduk Sermo dari puncak Kalibiru |
Sampai di puncak, dengan polosnya Ami bertanya "Endi e kaline ki?" ["Mana sih kalinya"]
Dan, kayaknya ada juga yang menimpali, tapi aku lupa siapa, "Iyo, endi sih kali biru ne?" [Iya, mana sih kali birunya?"]
Dengan sok tahu (karena sebelumnya sudah baca sekilas tentang Kalibiru, hahaha) aku pun bilang bahwa, Kalibiru bukanlah kali yang berwarna biru, melainkan nama dusun di sini.
Serentak kami pun tertawa terbahak-bahak. Di sela perbincangan yang nggak penting, tak lupa kami mengabadikan momen langka ini.
Menurutku, yang membuat Hutan Wisata Kalibiru indah adalah adanya Waduk Sermo di bawahnya. Dan, aku nggak tahu apa jadinya puncak Kalibiru tanpa Waduk Sermo di bawahnya.
#exploreKulonProgo #hutanwisata
Pitsa Oh Pitsa
Aku mau cerita soal kegemaranku bikin jajan aneh-aneh. Kali ini giliran makanan Italia yang aku jajal, ya sesuai judulnya, piza (aku lebih suka menuliskannya dengan seperti ini "pitsa" (seterusnya akan ditulis seperti ini)). Mulai dari hati yang paling dalam dan keinginan yang menggebu-gebu untuk mencoba memasak makanan ini sendiri di rumah. Pembuatan pitsa ini sudah aku lakukan tiga kali dalam beberapa minggu terakhir.
Percobaan pertama. Berbekal tekad yang kuat aku pun membuat pitsa dengan bahan seadanya. Mulanya aku browsing dulu bahan-bahan yang dibutuhkan membuat adonan dough pitsa. Aku ingat sore itu, setelah meyakinkan tekad dan membulatkan niat, aku pun memulai untuk membuatnya.
Oke, karena hari sudah sore dan bahan-bahan yang seharusnya ada di pitsa nggak ada di rumah, aku putuskan untuk menggunakan bahan seadanya. Bahan-bahannya sederhana banget, tepung terigu 250 gr, margarin 2 sdm, minyak sayur 2 sdm, fermipan 1 sdt, garam, gula, secukupnya. Untuk toping-nya karena di rumah hanya ada sosis dan bawang bombay plus keju ding (cedar, harusnya mozarela, tapi nggak punya), aku cuma gunaian tiga bahan itu. Pertama, membuat adonan dough pitsanya, campur semua bahan adonan, uleni hingga kalis (dari awal aku udah ragu kalau dough pitsaku nggak kalis). Nah, karena awalnya udah ragu, alhasil akhirnya emang dough pitsaku nggak kalis dan nggak bisa mengembang alias stagnan dibentuk seperti awal. Tapi, walaupun begitu, masih ada secercah harapan untuk membuat pitsa, aku putuskan untuk membuat pitsa Italia, ya. (Pitsa Italia:pitsa tipis (Il Mondo), pitsa Amerika:pitsa dengan roti tebal (Pizza Hut). Bentuk dough pitsa kayak adonan pitsa dan taburi topingnya, oiya, tambah saus dan keju. Kemudian paggang pitsa di oven, beberapa menit kemudian, aku putuskan untuk mengangkat pitsa dari oven, kupikir udah matang kan ya, secara udah agak lama juga, titpis juga pitsanya. Aku angkat, dan aku mendapati kenyataan pahit :(, pitsa nggak matang, OMG apa yang terjadi. Oke, kasih ayam akhirnya.
Percobaan kedua, yeah, bahan-bahan yang sama, tapi kali ini aku kurangi takaran tepung terigunya jadi 180 gr aja. Prosesnya masih sama, buat dough pitsa dulu, walaupun tepungnya udah aku kurangin ukurannya, lagi-lagi dough pitsaku nggak bisa mengembang sempurna alias gagal lagi. Tapi, yang ini aku lebih bersemangat karena walaupun nggak mengembang sempurna, tapi lumayanlah, sedikit ada harapan. Seperti tahap yang pertama, pipihkan dough lalu olesi dengan saos, kali ini aku pakai campuran saos sambal dan saos tomat. Taburan topingnya, sosis, bakso, bawang bombay, dan keju. Kali ini, karena belajar dari pengalaman pitsa yang dipanggang dengan oven nggak matang, akhirnya aku coba memanggang dengan teflon (mempunyai dua sisi, happy call namanya). Walaaa, setelah kira-kira 30 menit, aku angkat pitsanya, lumayan daripada yang pertama, pitsa krispi .... Dan ini penampakan pitsanya.
Percobaan ketiga, bahan dough masih sama dengan yang sebelumnya. Kali ini cukup berhasil karena adonan dough mengembang dengans sempurna. Yeeeeeeee. Untuk topingnya, karena di rumah ada daging sapi sisa kurban, hehehe, aku pakai juga. Untuk daging sapinya aku masak dulu, bumbunya cukup bawang bombay sama bawang putih ditumis, lalu masukin daging sapi cincangnya, udah tunggu aja sampai matang, angkat. Seperti tahapan sebelumnya, adonan dough dipipihkan dan kasih saos, kali ini aku pakai sasus tomat (del monte yang paling enak) soalnya yang pitsa pertama dan kedua kepedasan karena pakai saus sambal. Dipanggang dan berhasil, inilah penampakannya.
Ini lebih oke, percobaan ketiga |
#PiknikCandi #CandiIjo
Salah dua bangunan Candi Ijo dan peserta piknik |
Pemandangan dari atas bukit |
#PiknikCandi #CandiSambisari
Penampakan Candi Sambisari dari arah utara :D |