Social Profiles

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInEmail

Info

Lorem ipsum no has veniam elaboraret constituam, ne nibh posidonium vel.
Powered by Blogger.

Blogger templates

RSS

Pages

Sukses Belanja di Tokopedia.com



Kali ini aku mau cerita pengalaman aku belanja di Tokopedia.com. Sebenarnya udah lumayan lama aku tahu ada situs jual beli online ini, tapi aku baru mencobanya sekarang. Kali ini aku mencoba membeli sikat gigi khusus pengguna behel. Yaps, memang beberapa kali aku sempat melihat-lihat penawaran barang lain di Tokopedia.com. Namun, aku cuma lihat-lihat, hahaha, belum begitu berminat.

Pada suatu siang yang terik, aku pun mengunjungi Tokopedia.com. Aku memilih kategori kesehatan, lalu aku tuliskan barang yang aku cari, sikat gigi (gaya bener nih, sikat gigi aja beli online). Yang aku cari bukan sembarang sikat gigi, tapi sikat gigi khusus pemakai behel. Yaps, karena memang sikat gigi yang dipakai itu beda. Sikat giginya pun tdak dijual bebas di pasaran. Oiya, untuk pembelian di Tokopedia.com, harus punya akun dulu, daftarnya gratis, mudah, dan cepat.

Aku pun kemudian memilih-milih beberapa macam sikat gigi untuk behel. Toko yang menjualnya juga bermacam-macam. Daftar harganya bervariasi, kisaran Rp10.000,00—Rp60.000,00. Setelah melalui perundingan yang panjang dan cukup pelik dengan hatiku, aku menjatuhkan pilihan pada sikat gigi merek Dr. Smith (nggak tahu juga kenapa namanya Dr. Smith, mungkin yang nemuin itu namanya Dr. Smith). Nah, sikat gigi merek dr. Smith ini dijual oleh Kevins Dental. Kenapa aku memilih sikat gigi Dr. Smith? Karena, 1. Harganya tergolong murah, pembelian 1 (Rp16.000,00), 5 dst (Rp14.000,00) dan jika melakukan pembelian dalam jumlah banyak, harga akan turun, kalau nggak salah bisa sampai Rp12.000,00 per biji. Karena aku nggak punya niat untuk menjualnya kembali, maka aku hanya membeli 5 biji saja, cukup untuk setahun ke depan, hahaha.

Aku kemudian melakukan transaksi online, ikuti aja petunjuk dan ketentuannya. Menurutku caranya mudah, kita tinggal mengikuti petunjuk yang telah diarahkan oleh Tokopedia.com.  Aku isi kolom pembelian dengan jumlah barang serta menuliskan alamat tujuan barang yang akan dikirimkan. Ada 3 pilihan kurir yang akan mengantar barang ke tujuan, ada pos, JNE, dan TIKI. Kali ini aku memilih via pos karena, hmmm, karena yang paling murah, hohoho. Ongkos kirimnya juga bisa dilihat langsung pada saat pengisian kolom tersebut. Ongkos kirim sikat gigi ini Rp9.500,00 cukup terjangkau,kan, pengiriman toko Kevins Dental ini dari Semarang. Jadi, mungkin wajar kalau ongkosnya memang segitu.

Nah tahap selanjutnya, aku pun terus mengikuti petunjuknya, aku mentransfer sejumlah uang ke rekening milik Tokopedia.com yang udah tertera di situ. Berhubung bank yang aku gunakan BRI, maka aku mengirimkan uang ke rekenening Bank BRI. Ada beberapa bank yang bisa digunakan di Tokopedia.com, tinggal pilih saja sesuai keinginan.
Setelah mengirimkan uang, kirim konfirmasi ke Tokopedia.com bahwa uang telah ditransfer. Dalam proses ini, Tokopedia.com sudah berperan dalam proses jual beli. Aku tinggal menunggu pesanan datang. Setelah pesanan datang, wajib konfirmasi lagi ke Tokopedia.com bahwa barang sudah sampai, agar Tokopedia.com bisa meneruskan uang transfer kita ke rekening penjual (Kevins Dental kalau aku). Proses selesei dah, barang  ada di tangan dengan selamat.

Oiya, cukup cepat kok prosesnya, aku melakukan transfer pada 21 Oktober 2014, barang datang pada 24 Oktober 2014. Di Tokopedia.com juga sangat transparan, proses perjalanan barang selalu di update di akun. Lalu, aku ucapkan selamat berbelanja :D.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Usir Semut dengan Bedak Bayi

Kali ini berbagi cerita soal semut. Masalah pelik yang sejak zaman dahulu kala belum terselesaikan. Tapi, jangan khawatir, beberapa hari terakhir masalah sudah dapat teratasi.

Semut yang membandel dan selalu berjalan beriringan di lantai, membuat frekuensi menyapu menjadi semakin sering. Hal yang paling dikeluhkan mungkin oleh orang yang sering menyapu di abad ini. Beberapa hari lalu, tak sengaja menonton tayangan dr Oz Indonesia yang ditayangkan oleh salah satu stasiun TV swasta. Di sana membahas banyak hal, tapi aku hanya akan fokus pada satu hal saja.

Cara mengusir semut. Memang segala cara udah aku coba sebelumnya, seperti menggaris lantai dengan kapur ajaib sampai menyiramkan minyak tanah, semuanya nggak berhasil. Akhirnya aku melihat TV dan menurut dr Reisa, untuk mengusir semut yang membandel bisa digunakan dengan bedak bayi. Aku pun mencobanya, tidak dinyana dan disangka ternyata berhasil. Semut tidak suka dengan aroma dari bedak bayi tersebut. Semut memang nggak mati tapi pergi dari TKP yang ditaburi bedak bayi.

Di sini aku pakai bedak bayi yang udah kedaluwarsa, sayang kan kalau pakai bedak bayi yang masih baik. Tapi, terserah juga ding, yang penting kan manfaatnya. Selamat mencoba :D.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kalibiru yang Nggak Biru

Kali ini aku akan mencoba menceritakan perjalanan wisata ke Hutan Wisata Kalibiru. Kalian pasti tahu, Kalibiru lagi nge-hits banget nih di sini. Biar nggak ketinggalan hegemoni ke-nge-hits-annya aku bersama teman-teman geng bmx akhirnya memutuskan untuk ke sana. 

Kejadian itu berlangsung sekitar beberapa minggu yang lalu, Mia, Nining, Rifka, Rista, Ima, Ami, dan Rini menyambangi Hutan Wisata Kalibiru. Perjalanan dari kampung kami tercinta tidak cukup jauh, mungkin sekitar 45 menit perjalanan. Cukup dekat, kan?

Di antara kami tidak seorang pun yang tahu ke mana rute menuju Kalibiru. Namun, berbekal tekad yang kuat dan hati yang suci serta jiwa yang bijaksana kami pun tetap semangat mengarungi hari itu. 

Kami memilih rute yang paling dekat, yaitu lewat depan Pasar Sentolo, dan nanti akan langsung menuju perempatan (nggak tahu perempatan apa). Kepanikan mulai terjadi di perempatan ini. Kami bingung memilih arah yang mana untuk menuju Kalibiru karena belum ada penunjuk jalan yang mengarah ke Kalibiru. Berbekal pengetahuan yang minim tentang Kalibiru (katanya Kalibiru itu deket dengan Waduk Sermo) maka kami pun memilih arah lurus yang mengarah ke Sermo :D

Jalan kami lalui dengan gembira sampai tiba-tiba kami agak panik dengan kondisi jalan yang lambat laun menjadi jelek, malah mirip seperti bukan jalan. Di pinggir-pinggir jalan tersebut tampak pekerja sedang membereskan batu-batu. Kami pun berhenti sejenak lalu tertegun. Mungkin bapak pekerja itu sadar akan kesedihan kami, beliau dengan sigap dan tangkas memberi tahu kami bahwa jalan masih bisa dilalui dan memang benar jalan itu benar bisa sampai lokasi ke Kalibiru.

Melewati jalan yang sebenarnya nggak bisa disebut jalan itu, akhirnya kami sampai juga di jalan beraspal yang selayaknya ada. Kami pun tertegun lagi, bingung memilih belokan, ke kiri atau kanan. Setelah melalui perundingan yang cukup pelik dan memakan waktu sekitar 5 menit, akhirnya kami memilih belok ke kanan. Perjuangan kami nggak sia-sia dengan memilih belok kanan, akhirnya kami melihat plang ke arah Kalibiru, senengnya bukan main. Kami ikuti terus plang yang ada, jalan semakin menanjak, menukik, dan lumayan sempit. Kebahagiaan di hati kami membuncah setelah menemukan deretan motor yang di parkir agak rapi, serta papan yang menunjukkan Hutan Wisata Kalibiru. Bergegas turun dari motor, berfoto ria di depan papan Wisata Kalibiru. 

Nah, untuk mencapai puncak Kalibiru kami harus berjalan kaki sekitar 30 meter lagi, di pertengahan jalan sudah dijumpai beberapa pondok penginapan, warung makan, dan kamar mandi. Semakin dekat dengan puncak, kami dihentikan oleh petugas di sana, retribusi cukup Rp4.000,00.

Waduk Sermo dari puncak Kalibiru
Yes, sampai puncak Kalibiru kami disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Barisan pegunungan yang hijau dan rindang. Di bawah bisa dilihat Waduk Sermo, yang dari atas tampak kecil. Di sana juga ada wahana permainan flying fox, dan ah aku nggak tahu namanya. Ada satu rumah pohon, bukan rumah pohon sebenarnya, cuma semacam papan gitu, papan itu untuk landasan flying fox.

Sampai di puncak, dengan polosnya Ami bertanya "Endi e kaline ki?" ["Mana sih kalinya"]
Dan, kayaknya ada juga yang menimpali, tapi aku lupa siapa, "Iyo, endi sih kali biru ne?" [Iya, mana sih kali birunya?"] 
Dengan sok tahu (karena sebelumnya sudah baca sekilas tentang Kalibiru, hahaha)  aku pun bilang bahwa, Kalibiru bukanlah kali yang berwarna biru, melainkan nama dusun di sini. 
Serentak kami pun tertawa terbahak-bahak. Di sela perbincangan yang nggak penting, tak lupa kami mengabadikan momen langka ini.

Menurutku, yang membuat Hutan Wisata Kalibiru indah adalah adanya Waduk Sermo di bawahnya. Dan, aku nggak tahu apa jadinya puncak Kalibiru tanpa Waduk Sermo di bawahnya.

#exploreKulonProgo #hutanwisata

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pitsa Oh Pitsa

Aku mau cerita soal kegemaranku bikin jajan aneh-aneh. Kali ini giliran makanan Italia yang aku jajal, ya sesuai judulnya, piza (aku lebih suka menuliskannya dengan seperti ini "pitsa" (seterusnya akan ditulis seperti ini)). Mulai dari hati yang paling dalam dan keinginan yang menggebu-gebu untuk mencoba memasak makanan ini sendiri di rumah. Pembuatan pitsa ini sudah aku lakukan tiga kali dalam beberapa minggu terakhir.

Percobaan pertama. Berbekal tekad yang kuat aku pun membuat pitsa dengan bahan seadanya. Mulanya aku browsing dulu bahan-bahan yang dibutuhkan membuat adonan dough pitsa. Aku ingat sore itu, setelah meyakinkan tekad dan membulatkan niat, aku pun memulai untuk membuatnya.

Oke, karena hari sudah sore dan bahan-bahan yang seharusnya ada di pitsa nggak ada di rumah, aku putuskan untuk menggunakan bahan seadanya. Bahan-bahannya sederhana banget, tepung terigu 250 gr, margarin 2 sdm, minyak sayur 2 sdm, fermipan 1 sdt, garam, gula, secukupnya. Untuk toping-nya karena di rumah hanya ada sosis dan bawang bombay plus keju ding (cedar, harusnya mozarela, tapi nggak punya), aku cuma gunaian tiga bahan itu. Pertama, membuat adonan dough pitsanya, campur semua bahan adonan, uleni hingga kalis (dari awal aku udah ragu kalau dough pitsaku nggak kalis). Nah, karena awalnya udah ragu, alhasil akhirnya emang dough pitsaku nggak kalis dan nggak bisa mengembang alias stagnan dibentuk seperti awal. Tapi, walaupun begitu, masih ada secercah harapan untuk membuat pitsa, aku putuskan untuk membuat pitsa Italia, ya. (Pitsa Italia:pitsa tipis (Il Mondo), pitsa Amerika:pitsa dengan roti tebal (Pizza Hut). Bentuk dough pitsa kayak adonan pitsa dan taburi topingnya, oiya, tambah saus dan keju. Kemudian paggang pitsa di oven, beberapa menit kemudian, aku putuskan untuk mengangkat pitsa dari oven, kupikir udah matang kan ya, secara udah agak lama juga, titpis juga pitsanya. Aku angkat, dan aku mendapati kenyataan pahit :(, pitsa nggak matang, OMG apa yang terjadi. Oke, kasih ayam akhirnya.

Percobaan kedua, yeah, bahan-bahan yang sama, tapi kali ini aku kurangi takaran tepung terigunya jadi 180 gr aja. Prosesnya masih sama, buat dough pitsa dulu, walaupun tepungnya udah aku kurangin ukurannya, lagi-lagi dough pitsaku nggak bisa mengembang sempurna alias gagal lagi. Tapi, yang ini aku lebih bersemangat karena walaupun nggak mengembang sempurna, tapi lumayanlah, sedikit ada harapan. Seperti tahap yang pertama, pipihkan dough lalu olesi dengan saos, kali ini aku pakai campuran saos sambal dan saos tomat. Taburan topingnya, sosis, bakso, bawang bombay, dan keju. Kali ini, karena belajar dari pengalaman pitsa yang dipanggang dengan oven nggak matang, akhirnya aku coba memanggang dengan teflon (mempunyai dua sisi, happy call namanya). Walaaa, setelah kira-kira 30 menit, aku angkat pitsanya, lumayan daripada yang pertama, pitsa krispi .... Dan ini penampakan pitsanya.



Percobaan ketiga, bahan dough masih sama dengan yang sebelumnya. Kali ini cukup berhasil karena adonan dough mengembang dengans sempurna. Yeeeeeeee. Untuk topingnya, karena di rumah ada daging sapi sisa kurban, hehehe, aku pakai juga. Untuk daging sapinya aku masak dulu, bumbunya cukup bawang bombay sama bawang putih ditumis, lalu masukin daging sapi cincangnya, udah tunggu aja sampai matang, angkat. Seperti tahapan sebelumnya, adonan dough dipipihkan dan kasih saos, kali ini aku pakai sasus tomat (del monte yang paling enak) soalnya yang pitsa pertama dan kedua kepedasan karena pakai saus sambal. Dipanggang dan berhasil, inilah penampakannya.
Ini lebih oke, percobaan ketiga  




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

#PiknikCandi #CandiIjo


Salah dua bangunan Candi Ijo dan peserta piknik

Perjalanan cukup jauh, karena dimulai dari rumahku yang berada di Sleman, tepatnya Sleman barat, perbatasan dengan Kulon Progo (abaikan, deh, hahaha). Arah menuju Candi Ijo ini sama dengan arah menuju Candi Boko pemirsa, pertigaan depan Candi Prambanan itu ke kanan (aku dari arah Yogyakarta). Nah, dari situ terus lurus arah Wonosari, sekitar tujuh kilometer dari Candi Prambanan. Nggak perlu takut nyasar, soalnya udah ada plang yang menunjukkan arah candi. Dari jalan utama ke Wonosari, belok kiri, yang ini agak cukup jauh sih, jalannya juga menanjak dan berbatu, sekadar informasi, jalan sangat berbatu dan masih agak jelek, tapi masih bisa dilewati mobil, kok. 

Setelah melewati perjalanan yang berliku akhirnya sampailah ke TKP, Candi Ijo. Candi Ijo memang terletak di puncak bukit, konon katanya merupakan lokasi candi tertinggi di Yogyakarta. Walaupun letaknya di atas bukit, menurut aku penataan infrastruktur pendukungnya udah cukup bagus (udah ada lahan parkir, ada atapnya pula, rapi juga). Di sana ada bangunan untuk penjaga candi, eh petugas kali ya, ngisi buku tamu pemirsa, daaaannn gratiiiiisssss, nggak ada retribusinya :D. 

Pertama aku lihat, di sana terdapat satu candi induk (nggak tahu juga namanya apa, aku kasih nama induk karena emang paling gede dan berdiri megah di tengah rerumputan). Di depannya ada tiga candi yang ukurannya lebih kecil dari candi induk tadi, letaknya berjejer gitu. Bisa masuk ke candi, tapi aku lupa di dalamnya gimana, hehehe. Di atas bukit yang ada Candi Ijo itu, bisa dilihat pemandangan di bawahnya lho, ya karena lokasinya yang tertinggi itu, sip pokoknya....

Pemandangan dari atas bukit


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

#PiknikCandi #CandiSambisari



Candi Sambisari terletak di perkampungan di pinggiran Jalan Yogya-Solo. Tapi, aku lupa tepatnya mana, hehehe. Tetep yang selalu membantu kita dalam pencarian lokasi adalah plang. Ikutin aja plangnya, ketemu pastinya. 

Langsung aja ya, mulai dari infrastruktur pendukung di lokasi Candi Sambisari. Lahan parkirnya pakai halaman rumah penduduk yang paling dekat dengan lokasi. Karena emang bentuknya halaman rumah, jadi nggak terlalu kelihatan kalau itu tempat parkir, nggak ada atapnya juga. Selalu ada pos penjaga untuk mengadang para turis masuk ke lokasi wisata, di sana ada penjaga yang bertugas, retribusi masuk Candi Sambisari adalah Rp2.000,00 (murah banget, kan). Di TKP juga terdapat beberapa fasilitas umum, musala dan kamar mandi. 

Lokasi Candi dikelilingi dengan pagar, dari kejauhan letak candi tidak terlihat karena memang letaknya di bawah, ya di bawah, jadi ada tangga untuk menuju ke lokasi Candi Sambisari.  Menurut aku, bangunan Candi Sambisari ini mirip dengan bangunan di Candi Ijo (kalau ada yang pernah ke Candi Ijo), terdapat satu candi induk dan di depannya ada candi agak lebih kecil, jumlagnya juga tiga. Di sekeliling candi ada pagar yang mengelilingi bangunan candinya, pagar batu. Nah, halaman di atas lokasi Candi Sambisari ini juga cukup luas, banyak pohon dan tempat duduk buat ngobrol santai, hahaha. Dan lagi, ke sana pas siang terik matahari musim kemarau, bisa bayangin kan, gimana rasanya. Hahaha, selamat mengunjungi Candi Sambisari.

Foto yang diambil cuma satu, hehehe. Saran aja, buat yang mau datang ke sana, mungkin biar foto-fotonya tambah keren, dateng pas musim hujan dan pastinya pas nggak hujan, insya Allah rumputnya pas tumbuh subur :D.


Penampakan Candi Sambisari dari arah utara :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Drama 10 Menit 9 Dulhijah 1435 H

Cerita di balik sahur puasa 9 Dulhijah 1435 H. Dari malam tanggal 8 Dulhijah aku emang berniat untuk puasa, ya karena memang sejak aku kecil, aku udah diajarin orangtuaku untuk berpuasa pas tanggal 9 Dulhijah, sebenarnya bukan puasa wajib, tapi karena udah tertanam lama di hatiku (ceileee, emang cinta? iyalah cinta, cinta sama Allah).
Nah, dari malem sebelum tidur, aku set alarm pukul 03:30. Aku kan gak tahu di Yogyakarta subuh jam berapa (kelihatan banget salat subuh nggak pernah tepat waktu). Pukul 03:30 alarm itu berbunyi sangat nyaring, huft, pikirku dalam hati. aku terbangun dan mematikan alarm itu, ya aku matikan, jangan kaget ya, itu emang kebiasaanku, mengeset alarm sendiri dan mematikannya pula sendiri, Emang terlihat biasa aja sih, tapi ada yang menakjubkan dari kebiasaanku itu, hahaha, aku akan mengeset ulang beberapa menit lagi, lalu aku set dengan kombinasi digit yang baru, duh aku keren banget, aku pun kembali tidur. Zzzt. Alarm pun kembali berbunyi, sesuai dengan kombinasi digit yang baru. Lagi-lagi aku melakukan hal menakjubkan tersebut, kembali mengeset ulang alarmnya, kali ini hanya 5 menit setelahnya. Sungguh luar biasa. Pengalamanku di dunia set-mengeset alarm memang sudah cukup lama, terhitung sejak aku punya ponsel sendiri. Zzzt. Tidur selama 5 menit dalam keadaan seperti itu memang sungguh menyenangkan dan juga merisaukan. menyenangkan karena masih bisa tidur 5 menit, merisaukan karena waktu yang ditentukan untuk bangun akan segera datang. Tibalah waktunya alarm berbunyi untuk kali kedua. Pukul 04:50. Untuk suara nyaring yang ini, aku pun bangun dengan panik. menyadari bahwa ibuk tidak memasak di dapur (anak yang licik saudara-saudara, jangan ditiru dan dipraktikkan di rumah ya), dengan enggan aku beranjak dari tempat tidurku yang nyaman. aku keluar dan mendapati ibuk masih terlelap (dalam adegan sinetron, si anak pasti tidak akan membangunkan ibuknya, tapi ini bukan sinetron, jadi aku bangunkan saja ibukku. 
Buk, saor ora [buk, sahur nggak]. begitu pertanyaanku dengan polos. Ibuk kaget dan bergegas untuk bangun. 
Doski kemudian bertanya, Jam piro iki [jam berapa ini]. jam 4 kurang sepuluh. 
Aku dan ibuk panik, karena mendengar suara orang mengaji, kalau di tempatku suara orang mengaji pada jam segitu pertanda bahwa subuh akan segera datang. Bapak menanggapi dengan santai, subuh jam 4:10. Namun doski tidak beranjak dari tempat tidurnya, mungkin sudah pasrah dengan keadaan yang terjadi. Aku dan ibuk memutuskan untuk minum air putih saja. Glek glek glek. Namun dengan cekatan, aku putuskan membuka smartphone dan mengecak jadwal subuh, ternyata 04:08 twips, yihaaa. Ibuk tidak patah semangat, doski menggoreng telur dengan cepat. Aku pun mengikutinya, menggoreng telur. makan dengan cepat, berkejaran dengan waktu yang semakin mendekati subuh. hosh hosh hosh.
Akhirnya drama makan sahur itu berakhir dengan bahagia, aku dan ibuk lolos sebagai finalis makan sahur, dan siap untuk memulai puasa 9 Dulhijah. alhamdulillah kita tidak didiskualifikasi karena 2 menit setelah kami selesai makan, azan subuh pun berkumandang dengan nyaring. Selamat, selamat, akhir yang bahagia.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS