Social Profiles

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInEmail

Info

Lorem ipsum no has veniam elaboraret constituam, ne nibh posidonium vel.
Powered by Blogger.

Blogger templates

RSS

Pages

Bocah Penggemar Jathilan





Apa yang dipikiran kalian ketika nama Jathilan disebut?

Salah satu kesenian tradisional Jawa yang hit di masanya. Aku nggak bermaksud bahas asal-asul Jathilan ya, cuma mau bahas asal-usulku, nggak ding :p Aslinya nggak dua-duanya.

Lets go.

Jathilan, di beberapa kampung dekat kampungku masih banyak orang yang sering nanggap (menyewa grup untuk pertunjukan) Jathilan. Sampai saat ini pun masih banyak yang sering nanggap Jathilan walau tak sesering dulu. 

Sekolah Dasar, masa di mana aku mulai mengenal kesenian itu, ceileeee :D.
Walaupun Jathilan tidak pernah di-tanggap di kampungku, aku tak pernah berputus asa dan pantang menyerah untuk bisa menontonnya. Hunting Jathilan melalui teman seperguruan, teman SD, teman sepermainan, iklan di TV, teman main sinetron, teman syuting iklan, dan teman-teman lain yang nggak bisa aku sebutin satu per satu. 

Selalu saja ada tanggapan Jathilan yang bisa aku tonton. Kadang sebulan ada dua kali tanggapan, kadang lebih. Tanggapan biasanya dilakukan pas hari Minggu, maklum, hari Minggu adalah hari paling ramai karena banyak anak sekolah yang libur dan nggak syuting.

Biasanya aku menonton bersama teman-teman seperjuangan di kampungku yang terpencil. Aku harus melewati lembah, sawah, dan gunung untuk mencapai desa sebelah. Tak ada kendaraan yang bisa dipakai karena pada saat itu aku belum bisa naik pesawat, mobil, sepeda motor, ataupun bus. Aku hanya berjalan kaki, jarak yang tidak jauh, tidak menghalangi niat kami.

Dengan membawa bekal seadanya, uang secukupnya. Dan, kadang membawa payung jika musim salju tiba. Berjalan beriringan sambil membahas apa yang akan dibeli di sana. Duh, nggak penting.

Kalian tahu sensasi yang paling mendebarkan dari para penonton Jathilan?
Kalau menurutku, sesuai pengalamanku sendiri, sensasi saat para pemain Jathilan ndadi (konon katanya, kerasukan setan, jin, atau temannya). Karena pada saat itu para pemain Jathilan akan kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri. Mereka bisa melakukan hal-hal aneh di luar pikiran manusia sewajarnya. Contohnya, makan beling (pecahan kaca), makan bara api panas, mengupas kulit kelapa dengan gigi, naik ke atas atap pertunjukan, dan masih banyak lagi (keterbatasan daya ingat).

Sensasi yang paling, paling, paling, mendebarkan menurutku, apabila dikejar oleh para pemain Jathilan yang sudah kerasukan, panik, kaget, takut, cemas. Eits, itu hanya di dalam imajinasiku tapi, soalnya aku tidak pernah sampai kerasukan saat menonton Jathilan. Itu hanya imajinasi liarku yang tidak pernah terealisasi.

Bocah penggemar Jathilan itu adalah aku.





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Aneh



Masa kecil kalian bahagia?
Aku iya. Iya banget.

Melakukan hal-hal konyol dan unik saat kecil, zaman SD yang spektakuler di kalangan anak-anak kampung. Hal-hal konyol yang kulakukan bersama Ida (teman semenjak TK sampai sekarang). 

Memanjat pohon belimbing dan jambu di depan rumah hampir kami lakukan tiap hari sepulang sekolah. Dari bawah kami membawa bekal garam dapur untuk bumbu meramu makanan terenak saat itu (jambu dan belimbing). Di atas pohon kami sudah mempunyai tempat favorit sendiri-sendiri untuk pos masing-masing. Kami bercengkerama, membahas apa pun yang bisa dibahas saat itu sambil menikmati makanan favorit kami itu.

Di depan rumah Ida kan, dilewati kali kecil, bukan kali juga sih, lebih tepatnya parit kecil yang sering dilewati aliran air. Kalian tahu apa yang kami lakukan? Hmmm, mungkin terdengar agak aneh, tapi kamu melakukannya. Kami memungut kresek-kresek bekas, lalu kami mencucinya di parit. Kami mencucinya selayaknya kami mencuci pakaian. Dalam imajinasi kami, kresek-kresek itu adalah pakaian yang harus kami cuci, OMG. Setelah mencucinya kami pun menjemurnya kemudian. Hmmm, sungguh masa kecil yg lucu dengan imajinasi keterlaluan.

Oh, iya, hobi kami juga tergolong unik dan aneh. Nah, di sebelah kampung kami kan ada orang tua yang tinggal sendiri, kami memanggilnya Pak Midi (sekarang beliau udah meninggal). Dari gosip banyak orang, kami tahu bahwa Alm. Pak Midi adalah orang tua yang terganggu jiwanya (tapi, aku agak nggak percaya, yang aku tahu, beliau hanya tinggal sendiri di rumahnya, tidak pernah berbuat aneh selayaknya orang yang terganggu jiwanya). Apa yang menarik dari ini? Aku dan Ida sering kali pergi ke rumah beliau, hampir tiap hari. Aku tidak tahu, apa yang menarik di rumah Pak Midi tersebut, yang aku ingat, aku senang bisa bertandang ke rumahnya. Merasakan sensasi ketakutan apabila Alm. Pak Midi tidak menerima kedatangan kami berdua. Sampai saat ini, jika aku mengingat peristiwa itu, aku masih nggak habis pikir, kenapa aku dulu sering menyambangi rumahnya.  Rumah Alm. Pak Midi sebenarnya tidak bisa disebut rumah karena bentuknya sudah porak-poranda, penuh dengan kayu.Yang masih aku ingat tentang Alm. Pak Midi adalah kebiasaannya yang sering mencangkul tanah di pekarangannya. Pekarangannya cukup luas, hasil dari cangkulannya juga cukup dalam, sampai berbentuk gunung-gunung kecil. Namun, aku tidak tahu tujuannya mencangkul tanah sampai sedalam itu (mungkin untuk kesibukannya). Kebiasaan aneh yang kulakukan bersama Ida.

Aku dan Ida juga pernah membuntuti orang gila. Yang aku tahu dari hasil penyelidikanku bersama Ida, orang gila itu mengaku bernama Mbah Soleh. Sedikit aku ceritakan kronologi bertemunya aku dan Mbah Soleh. Siang itu, saat aku pulang sekolah, aku mendapati orang tua yang nggak aku kenal duduk-duduk di depan rumah Mbok Jamal (tetangga simbahku). Radar kecurigaanku pun berbunyi di dalam hatiku, Siapakah gerangan orang tua itu, aku tak pernah melihatnya sebelum ini di sini. Aku lupa bagaimana ceritanya sampai aku tahu bahwa orang tua itu adalah orang gila, yang aku ingat aku sempat membuntuti orang itu setelah aku tahu orang tua itu adalah orang gila. Ya, sekali lagi, aku melakukannya bersama Ida. Aku lupa apa tujuan dan maksud kami berdua saat itu, kok ya selo banget membuntuti orang gila. Hmmm, kebiasaan aneh terhadap orang gila.

Itu hanya sekelumit dari kebiasaan-kebiasaan atau peristiwa yang pernah terjadi di dalam hidupku :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Naik Kereta Terlama



Pas itu setelah menghadiri resepsi kakak sepupu di Jakarta, aku pulang bersama adikku naik Taksaka Malam, berangkat dari Gambir pukul 20.00 (kalau nggak salah). Awal perjalanan terasa menyenangkan sampai saat kami tidur, tapi sekitar pukul 03.00 (saat kami sedang pulas-pulasnya tidur, kami terbangun). Aku mendapati kereta berhenti dan gelap menyelimuti luar kereta, tapi dalam kereta tetep dingin dan terang. Aku mendengar slentingan bahwa terjadi banjir di daerah Tegal, dan rel terendam. Saat itu memang sedang musim hujan. Kami pun hanya pasrah, dan melanjutkan tidur. Sampai pukul 05.00 pagi kereta tetap tidak bergerak. Dan, itu udah masuk Senin pagi. Setelah itu, keretanya jalan lagi, ada yang bilang kereta kembali kembali ke Cirebon, dan melewati jalur yang lain. Keretanya emang kembali ke Cirebon untuk beberapa saat. Namun berita simpang siur, jadi aku nggak tahu kepastiannya. Senin pagi masih berada di Cirebon. Karena perjalanan kereta apinya tidak sesuai jadwal, di kereta kami diberi gratis Pop Mie untuk sarapan pagi, lumayanlah (PT KAI memang oke). Setelah pembagian Pop Mie, kereta kembali berjalan menuju Yogyakarta, tetapi melalui jalur selatan karena banjir udah surut. Alhasil pada saat itu kami naik kereta sekitar 16 jam. Rekor terlama naik kereta :D.
Nah ....
Dalam dunia perkeretaapian, kereta jenis ini masuk kelas eksekutif. Jadi bisa dibayangkan dong, fasilitas yang ada di dalamnya. Kursi dua, dengan jarak antarkursi sekitar 1 meter, cukup luas. Di kursinya juga terdapat sandaran untuk kaki. Bantal dan selimut gratis untuk setiap penumpang. Ada restorasi juga, tapi sudah beberapa kali aku naik kereta, aku belum pernah membeli makanan di kereta dan tentu aja menyambangi restorasinya. Pelit.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS