Apa yang dipikiran
kalian ketika nama Jathilan disebut?
Salah satu kesenian
tradisional Jawa yang hit di masanya. Aku nggak bermaksud bahas asal-asul
Jathilan ya, cuma mau bahas asal-usulku, nggak ding :p Aslinya nggak
dua-duanya.
Lets go.
Jathilan, di
beberapa kampung dekat kampungku masih banyak orang yang sering nanggap (menyewa grup untuk pertunjukan)
Jathilan. Sampai saat ini pun masih banyak yang sering nanggap Jathilan walau tak sesering
dulu.
Sekolah Dasar, masa
di mana aku mulai mengenal kesenian itu, ceileeee :D.
Walaupun Jathilan
tidak pernah di-tanggap di kampungku, aku tak pernah berputus
asa dan pantang menyerah untuk bisa menontonnya. Hunting Jathilan melalui teman seperguruan,
teman SD, teman sepermainan, iklan di TV, teman main sinetron, teman syuting
iklan, dan teman-teman lain yang nggak bisa aku sebutin satu per satu.
Selalu saja ada tanggapan Jathilan yang bisa aku tonton. Kadang
sebulan ada dua kali tanggapan, kadang
lebih. Tanggapan biasanya dilakukan pas hari Minggu,
maklum, hari Minggu adalah hari paling ramai karena banyak anak sekolah yang
libur dan nggak syuting.
Biasanya aku
menonton bersama teman-teman seperjuangan di kampungku yang terpencil. Aku
harus melewati lembah, sawah, dan gunung untuk mencapai desa sebelah. Tak ada
kendaraan yang bisa dipakai karena pada saat itu aku belum bisa naik pesawat,
mobil, sepeda motor, ataupun bus. Aku hanya berjalan kaki, jarak yang tidak
jauh, tidak menghalangi niat kami.
Dengan membawa bekal
seadanya, uang secukupnya. Dan, kadang membawa payung jika musim salju tiba.
Berjalan beriringan sambil membahas apa yang akan dibeli di sana. Duh, nggak
penting.
Kalian tahu sensasi
yang paling mendebarkan dari para penonton Jathilan?
Kalau menurutku,
sesuai pengalamanku sendiri, sensasi saat para pemain Jathilan ndadi (konon katanya, kerasukan setan,
jin, atau temannya). Karena pada saat itu para pemain Jathilan akan kehilangan
kontrol terhadap dirinya sendiri. Mereka bisa melakukan hal-hal aneh di luar
pikiran manusia sewajarnya. Contohnya, makan beling (pecahan kaca), makan bara api
panas, mengupas kulit kelapa dengan gigi, naik ke atas atap pertunjukan, dan
masih banyak lagi (keterbatasan daya ingat).
Sensasi yang paling,
paling, paling, mendebarkan menurutku, apabila dikejar oleh para pemain
Jathilan yang sudah kerasukan, panik, kaget, takut, cemas. Eits, itu hanya di
dalam imajinasiku tapi, soalnya aku tidak pernah sampai kerasukan saat menonton
Jathilan. Itu hanya imajinasi liarku yang tidak pernah terealisasi.
Bocah penggemar
Jathilan itu adalah aku.
0 comments:
Post a Comment