Peristiwa ini terjadi setahun silam, sewaktu aku
pergi ke Jakarta untuk mencoba peruntungan. Hahaha, panggilan kerja doang, itu
juga masih tes tertulis.
Malam itu, aku selesai tes di kawasan Pal Merah. Aku kemudian naik bus
TransJakarta menuju kos temenku di daerah Pasar Jumat. Aku turun di halte
terakhir Lebak Bulus sekitar pukul sembilan-an. Aku duduk-duduk sebentar di
koridornya. Kemudian ada lelaki setengah baya yang juga duduk di sana, di
sampingku agak jauh. Kemudian doski bertanya kepadaku, “Dari Jawa ya, Mbak?”
Aku pun menjawab, “eh, Jogja, Mas” (agak meringis). (Mungkin mukaku kelihatan
sangat tidak Jakarta sehingga mas-mas itu bisa mengira kalau aku bukan
orang Jakarta.)
Pertanyaan yang sangat simpel, tetapi mengandung
tanda tanya besar. Apaaaaaa?
Aku dalam hati berbicara pada diri sendiri, Jawa? Hello, ini juga Jawa kalik, Mas. Namun,
aku urung untuk mengatakannya lebih lanjut. Aku memilih kabur meninggalkannya. Bye maksimal.
Persoalan peliknya adalah....
Kenapa beberapa orang Jakarta (mungkin ada
yang lain juga) sering menyebut Yogyakarta (mungkin juga daerah lain—aku belum
melakukan penelitian lebih lanjut) dengan kata Jawa. Memang sih, benar bahwa
Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, aku tidak akan pernah memungkiri itu. Namun,
jadi agak aneh kalau yang tanya itu orang yang sama, yang menempati Pulau Jawa
juga. Ya, kayak mas- mas itu. Padahal kan, mereka juga menginjak tanah Jawa,
tanah Pulau Jawa. Rodo aneh emang.
Pertanyaan besar yang harus dijawab dengan
penelitian. Sungguh pelik.
0 comments:
Post a Comment