Kucing,
hewan yang sangat familier terdengar di telinga kita. Kucing, hewan yang
terkadang menjadi penunggu rumah. Kucing, hewan peliharaan (ya keleus).
Sabrina
Di sini
aku mau cerita soal asal usul aku mulai memelihara kucing. Di mulai dari
Sabrina, kucing pertamaku. Sabi, biasa dipanggilnya adalah anak dari Barbara.
Barbara ini adalah kucing di rumah simbahku. Aku membawa Sabi ke rumah waktu
dia masih berumur beberapa bulan, aku lupa tepatnya kapan. Aku memeliharanya
sampai ia dewasa, sampai ia bisa melahirkan anak kucing.
Sabrina
dibuang
Namun,
karena dia melahirkan cukup banyak anak kucing, aku cukup kewalahan waktu itu.
Akhirnya setelah rapat dengan Bapak dan Ibuk, diputuskan untuk membuangnya L, walaupun sebenarnya hatiku
tidak cukup rela untuk membuangnya. Dalam kabar kepahitan itu, tersimpan
sedikit kabar kebahagiaan, aku boleh memelihara anak dari Sabrina. Setelah
melalui pemikiran yang panjang, aku putuskan menyisakan satu anak Sabrina dari
empat anaknya untuk aku asuh. Aku memilih yang berjenis kelamin laki-laki (ini
didasarkan pada pengalaman bahwa kalau ngasuh kucing perempuan, dikhawatirkan
akan banyak anak lagi).
Christoper
& Alberto
Dua
nama di atas adalah dua nama dari anak Sabrina, yang semuanya laki-laki. Mereka
tumbuh dengan baik dan lincah, walaupun tanpa kasih sayang dari ibu kandungnya
(aku bersyukur sekali untuk hal ini). Beberapa bulan kemudian, ada salah
seorang tetanggaku yang ingin mengadopsi salah satu dari kucing itu, doski
akhirnya memilih Alberto. Walaupun sedih, aku harus tetap merelakan Al—panggilannya,
untuk hidup bersama dengan tetanggaku. Aku yakin dia bisa hidup lebih baik,
karena aku sudah melakukan riset sebelum menyetujui keputusan pengadopsian itu.
Namun, beberapa tahun kemudian, aku mendapat kabar bahwa Alberto lari dari
rumah. Aku yakin, ini bukan kesalahan tetanggaku. Mungkin Alberto ingin
mengembara saja, menikmati indahnya Indonesia di luar sana. Fyi, sampai saat
ini aku nggak pernah tahu di mana ia tinggal.
Sepeninggal
Al, Chris hidup sendiri di rumahku, aku
semakin menyayanginya. Bertahun-tahun berlalu, doski tetap setia tinggal di
rumahku.
Michael
Mike,
biasa aku memanggilnya. Bisa dibilang anak angkatan kedua dari Sabrina. Beda
bapak mungkin sama Al dan Chris, tapi seibu. Aku nggak cukup punya cerita
dengan dia karena dia meninggal saat masih kecil. Aku tak tahu penyebabnya
meninggal.
Nah, kemudian datang Mido,
kucing persia yang dikasih kakakku.
Mido
Mido
ini adalah kucing persia yang sangat lucu, walaupun aku tidak mengasuhnya sejak
kecil, kasih sayangku tidak berbeda dengan Chris. Nah, sebagai pemelihara
kucing persia yang masih newbie saat itu, aku tidak tahu kalau ternyata kucing
beda ras itu sangat tidak akur. Mungkin karena ketemunya udah sama-sama dewasa
ya, mungkin kalau sejak kecil diasuh bareng, akan beda hasil dan pemahamannya.
Oke, akhirnya pertengkaran pun terjadi. Mido yang saat datang masih menjadi
kucing yang penurut dan lembut berubah drastis ketika melihat Chris juga ada di
rumah itu. Mido menjadi pribadi yang sangat sangat sangat galak sesiangan itu.
Aku sempat menjadi korban keganasan dan kebiadaban Mido. Tangan dan kakiku
penuh luka baret hasil cakarannya. Sungguh sangat menegangkan dan mendebarkan
saat itu. Mido menjadi pribadi yang tidak akur dengan makhluk hidup lain.
Setelah melalui pergumulan yang cukup lama, hampir semalaman waktu itu, Mido
masih memelotot dan masih mengintai siapa pun yang mendekatinya. Dan, paginya,
Mido berhasil dikendalikan, walaupun masih tampak sisa-sisa keganasan di
matanya. Mido menurut saat dimasukkan ke kandangnya, akhirnya Mido dipindahkan
ke rumah simbahku (saat itu Barbara sudah menghilang entah ke mana, mungkin
kabur dengan cowok lain, aku nggak tahu).
Oke
masalah selesai, Mido akhirnya hidup dengan bahagia bersamaku. Namun, setelah
kami melewati hari-hari bersama dengan penuh sukacita, kakakku tiba-tiba datang
(nggak tiba-tiba juga ding, sms dulu) dan mengabarkan bahwa akan mengawinkan
Mido dengan kucing temannya yang sama-sama persia. Aku mengiyakan dan
menyetujui penawarannya tersebut karena melihat prospek yang menjanjikan ke
depannya. Namun, takdir berkata lain, setelah Mido berbulan-bulan tinggal di
rumah teman kakakku, akhirnya dia dikembalikan. Iya, dikembalikan, dalam
keadaan sakit. OMG, apa lagi ini. Mido tampak sangat kurus dan tak terawat L. Beberapa hari di rumah, aku
akhirnya membawanya ke klinik untuk diperiksa.
Aku tak
pernah menyangka, itulah perjumpaan terakhirku dengan Mido. Mido akhirnya
meninggal di klinik saat akan diberi infus oleh paramedis di sana. Aku mendapat
kabar bahwa dia terserang virus yang telah menjalar ke darahnya. Aku yakin
bahwa virus ini berasal dari kucing teman kakakku. Malam itu, tepat tanggal 28
September 2011 aku kehilangan Mido untuk selama-lamanya. Aku menangis
sejadi-jadinya. Menyesal? Pasti, tapi aku harus tetap melanjutkan hidupku.
Tersisa
tinggal Chris, masih setia bersamaku, tahun ini usianya genap 6 tahun. Doakan
ya, biar dia terus bersamaku :D
0 comments:
Post a Comment